[You must be registered and logged in to see this image.]VIVAnews - Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Selasa 7 desember 2010 bergemuruh. Bukan karena kilat yang menyertai hujan. Melainkan karena teriakan, hentakan, tiupan terompet setelah striker Indonesia Bambang Pamungkas menciptakan gol kedua dari titik penalti ke jala Thailand.
Gol itu menjadi penentu kemenangan 2-1 Indonesia atas Thailand di penyisihan Grup A Piala AFF 2010. Dua gol tim Merah Putih diborong Bepe -sapaan Bambang- dan keduanya dari titik penalti. Penalti pertama terjadi setelah bek Thailand, Suttinun Phukhom menjatuhkan Cristian Gonzales di kotak penalti.
Berawal dari bola umpan Eka Ramdani yang membentur tiang gawang. El Loco Gonzales mencoba mengejar bola hasil tendangan Eka Ramdani, namun dijatuhkan di kotak penalti. Wasit pun menunjuk titik putih dan Bepe maju sebagai eksekutor yang baik di menit 81.
Belum selesai kegembiraan tim Merah Putih atas gol itu, tekanan kembali dilakukan. Kali ini gantian Arif Suyono berperan besar dengan penetrasi dari sisi kanan pertahanan Thailand. Bola yang coba dilambungkan pemain Sriwijaya FC itu membentur tangan pemain tim Gajah Putih. Penalti!
Pendukung Indonesia yang memenuhi SUGBK langsung bersorak kegirangan. Bepe kembali maju menjadi eksekutor. Dengan tenang Top Skorer Piala AFF 2002 itu meletakkan bola di titik putih di tengah kotak 12 pas. Sedikit gerak tipu, dan gol!Bepe langsung disambut gembira sesama rekan-rekannya di timnas. Kegembiraan itu bertambah menyatu, setelah ramai-ramai meneriakkan seruan 'Indonesia..Indonesia' dari tribun penonton Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Kemenangan 2-1 ini memantapkan posisi Tim Merah Putih sebagai juara Grup dengan tiga kemenangan pemuh dari tiga pertandingan. Indonesia mengoleksi nilai 9 dari tiga pertandingan dan berhak melangkah ke babak semifinal untuk menghadapi Runner Up Grup B.
Namun di atas itu semua, Indonesia berhasil mencatat sejarah baru dalam buku persepakbolaan internasional. Yakni menang di waktu normal atas Thailand. Kemenangan sempurna di Grup A. Menyitir pernyataan Menegpora Andi Mallarangeng. Indonesia luar biasa, bisa membayar lunas ditambah bunganya.
Sejarah Lebih Ramah pada Thailand
Dalam rekam jejak pertemuan Indonesia kontra Thailand, sejarah tidak pernah ramah pada tim Merah Putih. Di ajang Piala AFF, Indonesia hanya sekali menang atas Thailand. Saat itu, Merah Putih menang dalam adu penalti perebutan tempat ketiga pada 1998.
Sesudah bermain imbang 3-3, Kurniawan Dwi Yulianto cs akhirnya menang 5-4. Seluruh pemain Indonesia bisa melesakkan gol dalam adu penalti itu. Sedangkan di kubu Thailand, hanya Anan Punsanai yang gagal jadi eksekutor.
Namun bukan kemenangan Indonesia yang jadi buah bibir di turnamen AFF 1998. Sebab tim Merah Putih dan Thailand sama-sama mencoreng semangat Fair Play dengan memperagakan 'Sepakbola Gajah' di babak penyisihan grup. Saat itu, kedua negara ini tergabung di Grup A dan sudah pasti lolos ke babak semifinal.
Namun saat Thailand dan Indonesia bertemu di pertandingan terakhir penyisihan grup, keduanya tahu pemenang laga itu akan menghadapi tuan rumah Vietnam. Sedangkan yang kalah akan menghadapi Singapura. Maka permainan yang paling mencoreng sejarah sepakbola nasional Indonesia dan Thailand pun tercipta,'Sepakbola gajah'.
Sepanjang pertandingan yang berlangsung di Thong Nhat Stadium, Ho Chi Minh City, tidak ada serangan antar tim. Hanya umpan, tendangan bertenaga rendah, membuang bola ke luar lapangan, dan jatuh terkapar karena pelanggaran kecil hanya untuk membuang waktu. Puncak malam memalukan itu adalah gol bunuh diri pemain Indonesia Mursyid Effendi ke jala Thailand di menit 90.
Thailand pun 'menang' dengan skor 3-2 dan menghadapi Vietnam di babak semifinal.Indonesia yang 'kalah' mengadapi lawan yang dianggap lebih ringan, Singapura. Namun betapa sejarah kembali menampar Indonesia setelah Singapura pun bisa menang 1-2 di babak semifinal. Di pertandingan lain, Thailand juga dipermak Vietnam 0-3.
Dua tim pecundang, Indonesia dan Thailand, akhirnya bertemu lagi di perebutan tempat ketiga yang berakhir dengan adu penalti.
Namun selepas tahun itu, Indonesia tak berkutik jika bersua Thailand. Pertemuan terakhir di Piala AFF tercatat di semifinal 2008. Tim Merah Putih kalah dengan agregat 3-1. Di leg 1, Indonesia kalah 0-1 dan di leg 2 kembali kalah 1-2.
Rekor head to head Indonesia vs Thailand 1-3 jika hasil adu penalti diikutsertakan. Dengan kata lain, dari tiga pertemuan, Indonesia tak pernah menang atas Thailand dalam waktu normal 90 menit.
Itu semua akhirnya berubah di tahun 2010 ini. Tim Merah Putih tidak lagi berisi pemain yang itu-itu saja. Namun sudah melakukan face lift -pengangkatan wajah- dengan menggunakan jasa pelatih asing asal Austria Alfred Riedl dan suntikan pemain-pemain muda.
Sebut saja defender Benny Wahyudi, gelandang lincah Oktovianus Maniani, Ahmad Bustomi, tak lupa debutan Cristian Gonzáles dan Irfan Bachdim. Riedl yang pernah tercatat sebagai Top Skorer Liga Austria di tahun 1972 mampu memadukan tenaga muda-tua untuk kemudian mencetak timnas yang berpeluang meraih gelar Piala AFF untuk pertama kalinya di tahun 2010.
Penyisihan Grup Piala AFF dimulai dengan menghadapi musuh bebuyutan, Malaysia. Meski penuh nada sinis dan ketidakyakinan berbagai pihak karena singkatnya waktu persiapan, Indonesia mampu menang telak 5-1. Belum selesai sampai di situ, pertandingan kedua melawan Laos kembali membuat warga Indonesia berbangga hati. Bagaimana tidak, Bachdim cs menang telak setengah lusin gol tanpa balas alias 6-0!
Pertandingan terakhir mengembalikan Indonesia ke hadapan Thailand. Beberapa jam sebelum pertandingan Kapten Firman Utina menyatakan 'tidak akan bermain ngotot'. Keputusan wajar mengingat laga itu tidak lagi menentukan posisi tim Merah Putih yang jadi juara Grup A dan harus mempersiapkan diri untuk pertandingan semifinal.
Namun kengototan Indonesia akhirnya muncul juga ketika tertinggal di menit 68 lewat gol cantik bek sayap Suree Sukha. Tekanan bertubi membuahkan dua penalti untuk Indonesia di 10 menit terakhir pertandingan. Sesuatu yang akhirnya sangat disesalkan oleh pelatih Thailand Bryan Robson.
"Sejauh yang saya lihat, ofisial pertandingan tidak terlalu baik kepada kami di turnamen ini. Di babak pertama, kami harusnya mendapat penalti saat Suree Sukha dilanggar," kata Robson pasca pertandingan Selasa 7 Desember 2010.
"Sama seperti di pertandingan sebelumnya (lawan Malaysia) kami harusnya mendapat dua penalti, tapi wasit tidak melihatnya. Giliran pemain Indonesia mendapat pelanggaran yang sama hari ini, wasit melihatnya."
Namun dari sisi Indonesia, kemenangan ini langsung membuncahkan target baru, juara Piala AFF. Tak tanggung-tanggung, target itu dikumandangkan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng.
"Kita harapkan semangat bertanding anak-anak (timnas) untuk bisa masuk final dan memenangkan kejuaraan ini. Kami terharu dan bangga," kata Menpora yang menyaksikan laga itu bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Tampak Siring, Bali.
Keinginan Menpora sama dengan harapan 200 juta lebih rakyat Indonesia yang sudah haus dengan gelar di kancah sepakabola. Keinginan yang di tahun ini nampaknya tidak terlalu sulit untuk dicapai. Kepercayaan diri, semangat, dan skill yang dimiliki Indonesia berbeda dengan masa yang lalu.Bukan tidak mungkin di babak final nanti kumandang 'Indonesia Raya' terdengar bersamaan dengan Piala AFF yang diangkat bersamaan oleh tim berseragam 'Garuda di Dadaku'. Semoga! (sj)